hwhah

Sumber Daya Manusia : Apakah Penggunaan SDM di Indonesia Sudah Maksimal?


[Sumber Daya Manusia di Indonesia Tahun 2021]

Sumber daya manusia (SDM) yang handal sangat diperlukan oleh setiap lembaga, baik lembaga pemerintah maupun swasta. SDM yang handal dapat memiliki kinerja yang baik sehingga pengaruh positif terhadap kinerja Lembaga. Namun, SDM yang handal tidak otomatis dapat meningkatkan kinerja lembaga. Oleh karena itu, SDM yang handal sekalipun perlu di manage agar memiliki kinerja yang baik dan bersifat kolektif dan merupakan kesatuan yang padu untuk mencapai tujuan lembaga.

Dengan manajemen yang baik, SDM yang kurang handal pun dapat memiliki kinerja yang baik, apalagi SDM yang dimiliki adalah SDM yang berkualitas baik, dapat dipastikan bahwa peran manajemen yang baik tersebut dapat memaksimalkan kinerja SDM. dengan demikian, manajemen yang baik dengan SDM memiliki hubungan yang signifikan.


Apa itu Sumber Daya Manusia?

Secara umum, pengertian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah individu produktif yang bekerja sebagai penggerak suatu organisasi, baik itu di dalam institusi maupun perusahaan yang memiliki fungsi sebagai aset sehingga harus dilatih dan dikembangkan kemampuannya.


Apa saja tujuan manajemen sumber daya manusia?

• Menciptakan sistem perencanaan MSDM meliputi proyeksi kebutuhan SDM dan kebutuhan Kualitas SDM.

• Menciptakan sistem seleksi karyawan yang mengikuti kebutuhan SDM 

• Menciptakan sistem organisasi yang efektif, efisien dan adaptif terhadap perubahan zaman

• Menempatkan karyawan yang tepat di tempat / kedudukan divisi yang tepat

• Melakukan Evaluasi Kinerja dan memberikan kompensasi serta solusi terhadap hasil evaluasi tersebut

• Mempertahankan kualitas karyawan

• Membangun kemampuan karyawan lewat pelatihan dan pemberdayaan.


Bagaimana kualitas sumber daya manusia di Indonesia tahun 2021?


Menurut saya, data tersebut menggambarkan sumber daya manusia Indonesia di tahun 2021, masih jauh dari yang diharapkan.

Mengapa Sumber daya Manusia di Indonesia Rendah ?
Tidak semua SDM lebih tepatnya masih banyak yang buruk,

Pertama, letak geografis,
Letak geografis Indonesia banyak yang terbagi menjadi desa terpencil dan pedalaman yang susah diakses masuk sehingga terlambatnya distribusi ekonomi, jasa pendidikan, infrastruktur, dan melambatnya pengenalan teknologi modern.

Kedua, Sistem pendidikan yang dibangun oleh negara,
Banyak pendidikan di indonesia tidak tepat sasaran dimana banyak murid yang kurang memahami dan tidak menyenangi suatu mata pelajaran tapi dipaksa untuk mengikuti pelajaran tersebut, sementara pelajaran yang dia bisa atau senangi juga terbagi-bagi tidak fokus, sistem pendidikan yang terlalu menuntut nilai sehingga anak-anak fokus untuk mendapatkan nilai terbaik bukan fokus mendapatkan ilmu yang terbaik. Faktor orang tua yang mengharuskan anaknya menjadi sang juara dikelas tanpa memberikan peringatan akan kecurangan sehingga banyak anak-anak yang mencontek, dari sanalah terbangun mental yang lemah, mental yang cupu, mental curang, jahat, dan itu membebani SDM yang sekarang dan akan terus berlangsung seperti itu, sungguh malang SDM Indonesia.

Ketiga, Mentalitas
Maunya instan, tidak menghargai proses, berorientasi pada hasil, kurangnya empati, overproud pada hal-hal yang tidak penting, lebih sering berfikir jangka pendek daripada jangka panjang, cepat puas, dll.


Mengapa bangsa Indonesia tidak mampu mengelola SDM-nya secara maksimal?
Menurut saya, hal ini terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu :

1. Privilege.
Kita memaksa seseorang untuk masuk ke dalam suatu posisi dimana sebenarnya org tersebut belum cocok/tidak pantas mendapatkannya padahal banyak yang lebih berkompeten dalam bidangnya daripada orang tersebut.

2. Dana.
Pendanaan untuk melakukan pelatihan SDM yang masih relatif kurang. terutama nih dalam pemerintahan contoh dalam bidang kesehatan. Coba kita lihat mana lebih berkembang antara RS Swasta dan RS pemerintah ? Dan mana yang lebih baik dalam memberikan pelayanan ? Menurut saya sendiri jawabannya jelas RS Swasta. Kenapa ? Karena mereka mendapatkan keuntungan dikelola sendiri, keuntungan tersebut dimanfaatkan dengan baik dalam melakukan pelatihan dan pengembangan skill untuk para tenaga kerja baik medis dan non medis.

3. Pendidikan.
Pendidikan yang kualitasnya masih sangat jauh dari pemerataan. Coba bedakan pendidikan di Pulau Jawa dengan pendidikan di Pulau lain seperti NTB, NTT, Kalimantan, dll. Sungguh jauh beda. Hal ini menyebakan kita memiliki banyak SDM tetapi kualitasnya masih kurang. Namun bukan berarti mereka tidak bisa bersaing. Mereka bisa kalau ada kemauan. Hanya saja terkadang lingkungan yang tidak mendukung untuk berkembang.

4. Kesempatan
Kurangnya kesempatan untuk melakukan pengembangan diri dan karir sehingga membuat orang stagnan, alias disitu-situ saja, padahal pengetahuan selalu butuh diupgrade karena selalu berkembang dan apa dampaknya jika tidak? Ya tentu tidak mampu bersaing dengan yang lain. Ingat, bukan teknologi saja yang perlu diupgrade tetapi pengetahuan juga.

5. Lapangan Kerja
Lapangan Kerja yang menurut saya sendiri masih sangat kurang sehingga banyak SDM kita yang berkualitas lebih memilih bekerja dan mencari karir di Negara lain, dibandingkan Negara sendiri. Lantas mengapa tidak membangun lapangan kerja sendiri ? Ingat semua butuh modal, dan usaha. Tentu untuk mendapatkan modal kita harus bekerja terlebih dahulu, terkecuali jika kamu sudah kaya dari lahir.


Baca Juga :
Digital Marketing : Langkah-Langkah Membuat Bisnis Terkenal Secara Daring
Inilah Alasan Mengapa Kita Tidak Perlu Mempercayai Motivator
Visi Indonesia 2045 : SDM Harus Unggul!


Indonesia tidak kekurangan SDM berkualitas tinggi, hanya saja tidak mampu memanfaatkannya dan orang berbakatnya memilih lari ke luar negeri.

Lalu bagaimana? Baik, kita samakan pendapat dulu,

1. SDM high quality itu sejajar dengan engineer dan technician.

2. SDM high quality itu bukan buruh.

3. Betulkan sistem UMR, karena menyebabkan perusahaan menggaji sama rata sama rasa.

Engineer dan Technician disini hanya dianggap derajatnya sedikit diatas buruh, sehingga hanya mendapatkan tunjangan jabatan sedikit diatas UMR.
Ini menyebabkan mereka lebih memilih kabur ke luar negeri.

Contohnya seperti lulusan teknik sipil hanya digaji 5 jutaan saja.

Mereka ini engineer lho, harusnya gaji 20–25 juta rupiah di Indonesia. Walaupun di luar negeri orang selevel mereka bisa dengan mudah mendapat gaji sampai 50–60 juta rupiah, untuk fresh graduate, SDM lokal tentu saja lebih suka bekerja di Indonesia dengan penghasilan yang layak.

Problema UMR inilah yang menyebabkan kemalasan bersaing bagi para pekerja.
Untuk apa bekerja sungguh-sungguh dan belajar hal baru jika tidak mendapat reward yang lebih bagus, ya kan?

Ditambah biaya PHK yang sangat mahal. FYI, untuk memecat seorang karyawan yang sudah bekerja 25 tahun bisa menerima pesangon sebesar 30x gaji bahkan lebih. Kenapa begini jadi faktor? Perusahaan yang memperkerjakan SDM bergaji tinggi tentu saja tidak mau rugi di sisi PHK. Bisa bangkrut kalau harus memecat SDM bergaji 50 juta yang mendapat PHK 30x gaji.

Masalahnya adalah di Indonesia tidak bisa sistem karyawan kontrak!

Padahal sesungguhnya sistem kontrak ini akan mendorong laihrnya SDM berkualitas, sehingga karyawan akan terus bersaing menambah skill agar tetap di kontrak perusahaan dan mendapat kenaikan gaji.

Akhirnya apa?

Perusahaan di Indonesia banyak yang memperkerjakan ekspatriat asing, dengan gaji ya kurang lebih 50an juta rupiah hingga 100 juta rupiah demi skill mereka dengan sistem kontrak. Padahal sebetulnya orang Indonesia yang punya skillset serupa juga ada, tapi mereka berada di negeri lain karena malas di Indonesia padahal di luar negeri sistem kerjanya kontrak.

Kenaikan UMR

Bayangkan saja UMR naik diatas pertumbuhan ekonomi dan inflasi, tetapi skill karyawan gitu-gitu saja. Produktifitas gitu-gitu saja. Dilihat dari sudut pandang manapun ini sudah aneh. Kalau UMR naik mengikuti inflasi, maklum lah agar mereka tidak susah makan. Tapi ini, produktifitas gitu-gitu saja, malah menghabiskan profit perusahaan dan membuat perusahaan susah berkembang kan? Sementara hasil produksi menggunakan robot memiliki kualitas yang lebih tinggi.

Bagaimana dana menambah skill?

Disinilah peran pemerintah memberikan kartu pra kerja. Jadi, industri padat karya lah yang berkembang. Tidak usah memakai mesin canggih tetapi memakai mesin tua saja yang penting bisa cari duit ya sudah bagus. Karyawan kasih UMR aja sudah cukup. Kalau dipecat keluar gaji setara 1 orang SDM berkualitas.

Bagaimana transformasi ke mesin canggih?

Transformasi ini memerlukan :

1. Dana yang besar, kurang lebih beberapa ratus milyar

2. PHK besar-besaran karena mesin baru sangat efisien dan hemat tenaga kerja (kurang kebutuhan tenaga hanya 50% )

3. Rekrutmen SDM berkualitas tinggi hanya untuk reparasi robot yang digunakan

Masalahnya,

1. Marketing harus super canggih dan bisa menerima hasil produksi yang meningkat hampir 3x lipat.

2. PHK SDM berkualitas yang sangat tinggi dan ini membuat ciut mental para pengusaha

Jadi solusinya,

1. Memperbolehkan karyawan kontrak bagi karyawan kelas engineer ke atas

2. Menciptakan pasar bebas bagi karyawan

3. Menciptakan kurs rupiah yang stabil atau menurunkan bunga bank sehingga pengusaha bisa ngutang dengan aman ke bank asing dengan mata uang asing atau ngutang murah ke bank lokal.

Dan akhir kata saya percaya banyak SDM kita yang sangat berkualitas. Terlebih lagi Indonesia sendiri mengalami Bonus Demografis yang kita sebut sebagai “The Gold Generation”. Namun, jika hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik maka tentunya akan menjadi beban Negara dikemudian hari. Namun, jika dirawat dan dipupuk dengan sangat baik tentu akan menjadi bonus menguntungkan di masa depan.

Pernah menemukan sebuah kutipan “Investasi terbaik selain dari Alam adalah SDM

Tetapi dengan melihat kondisi yang sedang terjadi pada saat ini. Mungkinkah generasi kita akan menjadi boomerang atau keuntungan? Bagaimana menurut kalian?





Untuk lebih jelasnya tentang Manajemen Sumber Daya Manusia, kalian bisa saksikan salah satu video wawancara berikut ini,


Manajemen Sumberdaya Manusia pada UMKM bidang Akomodasi Penginapan


Komentar